[YAOI] No Greeting For Love || YAOI FANFICTION || HUNHAN || Oneshoot

Tittle: NO GREETING FOR LOVE 

Author: Riska Ariyanti 

Cast:

– Xi Lu Han 
– Oh Se Hun 

Rate: T

Genre: sad, angst, yaoi, miss typo(s), alur kecepetan. 

Leght: Oneshoot 

SUMMARY: OH SEHUN KENAPA KAU TIDAK BISA MENUNGGUKU SEBENTAR LAGI? 

Disclaimer: semua yang ada di fanfiction ini milik kita bersama. TITIK

HAPPY READING 

“Tampan” 
itu yang kini dipikirkan seorang namja cantik putih bertubuh mungil yang tengah duduk ditaman dekat rumahnya. Namja cantik itu kini tengah mengamati seseorang yang duduk dibangku taman sebrang sana. Tampan, putih, berhidung mancung, rambut berwarna pirang kecoklatan, ah dia sangat sempurna dimata Luhan. 
Namanya Oh Se Hun yang akhir-akhir tak pernah jengah meracuni pikiran namja cantik bernama Xi Lu Han. 

Setiap sore, tepatnya pukul 15.00 sepulang sekolah. Menatap namja yang berambut pirang kecoklatan yang ada di seberang sana memang telah menjadi kebiasaan Luhan dan mungkin sudah mendarah daging(?) dalam pikirannya. 

Luhan POV 

Kusandarkan bahuku ketika aku sudah sampai di bangku taman tempat biasa aku melihatnya. Tak lama kemudian, sosok namja tampan yang memenuhi pikiranku datang. 
Sehun selalu duduk didekat pohon di pojok taman yang memang jarang orang melewatinya. Bubble Tea dan Komiknya selalu menemani Sehun sesaat duduk di bangku taman. Sehun menatap lekat komiknya dan sesekali ia meneguk Bubble Tea miliknya. Tampan sekali dan terkesan rapi. Berapa lama aku bisa bertahan dengan hanya memperhatikannya saja. Haha entahlah aku gugup jika disuruh menyapanya. 
Ahhh.. Umurnya 4 tahun lebih mudah dariku. Tapi ia terlihat lebih dewasa dariku. Pembawaannya tenang dan cool. Haha tidak sepertiku. Menceritakan tentang namja tampan ini memang tidak akan ada habisnya. 

Sial.. Waktu cepat berlalu, aku melihat arlojiku yang menunjukkan pukul 17.00 pantas saja Sehun terlihat bersiap meninggalkan tempat itu. 
Aishh.. Padahal aku masih ingin melihatnya lagi. Ya sudah mungkin masih ada hari esok. 
“sampai jumpa kembali sehun-ssi” umpatku dalam hati dan tersenyum miris ketika aku melihat punggung kokoh Sehun menjauh dari tempat itu. 
Cepat cepat aku merangkul kembali tasku dan meninggalkan taman itu berniat pulang kerumah. 

Sehun POV 

Aku senang sekali bisa bertemu lagi denganya. Betapa bodohnya dia menatapku dari sebrang sana dan sesaat dia tersenyum tanpa dia sadari aku juga sedang memperhatikannya. Sungguh! Polos sekali wajahnya. Aku tertarik padanya karena akhir-akhir ini dia senang memperhatikanku dari sebrang sana. Membuatku.. Ya.. Sedikit risih.. Tapi kau tahu Luhan-ssi aku juga menyukaimu. 
.. 
.. 
.. 
Sudah dua bulan Luhan menjalankan kegiatan rutinnya yaitu menatap Sehun dari bangku taman sebrang sana, tapi Luhan masih belum memberanikan diri untuk menyapa Sehun. 
.. 
.. 
.. 
Sore itu menjadi sore terakhir Luhan bisa melihat Sehun karena besok pagi ia harus pergi ke China. Luhan akan melanjutkan sekolahnya ke China. Ini keinginan Luhan sendiri. Luhan memang amat sangat mementingkan urusan sekolahnya dari pada dengan hal lainnya. 

Luhan POV 

Dengan langkah ceria aku membawa sepucuk surat dan setangkai mawar merah segar kubawa ke tempat biasa aku melihat Sehun. Aku berniat memberikannya ke Sehun berharap dia bisa menungguku saat aku kembali 2 tahun kedepan. 
Aku menunggunya lama. Hingga pukul 18.00 pun dia tak kunjung datang. 
“ahhh Sehun-ssi kau dimana? Kenapa kau tidak kemari?” aku berdecak kesal sambil mengusap tengkuk leherku frustasi. Sudah larut malam kenapa Sehun belum menampakkan batang hidungnya. 
Ya Tuhan… 
Aku memutuskan meletakkan bunga mawar dan surat itu di atas bangku taman tempat biasa Sehun duduk bersantai. Berharap jika besok ia datang untuk mengambil dan membaca surat itu. 

Mengingat hari sudah larut, segera ku langkahkan kaki, terasa berat meniggalkan taman itu, tapi aku harus pergi meninggalkan taman itu karena aku harus bersiap untuk pergi ke china besok. 
–2 Tahun Kemudian– 

Luhan POV 

kulangkahkan kakiku ringan saat aku menapak di kota Seoul. Ya aku sudah menyelesaikan sekolahku di china. 

Lega rasanya… 
Satu nama yang pertama kali ku ingat “Sehun” 
bagaimana kabarnya? 
Apakah dia sudah membacanya? 

“Annyeong Sehun-ssi. Perkenalkan namaku Lu Han. Umurku lebih tua 4 tahun darimu. Kau pasti tidak mengenalku. Aku pengagum rahasiamu Sehun-ssi keke~ aku biasa duduk di bangku taman tempat biasa kau bersantai. Maafkan aku, aku terlalu gugup jika menyapamu, jadi lewat surat mungkin kau bisa sedikit tahu tentangku. Hehe. Sehun-ssi jika kau membaca surat ini maka kau harus menungguku 2 tahun kedepan jika ingin menyapaku. Eh? Bodohnya diriku. Haha maaf jika aku terkesan ‘sok kenal’ maaf jika surat ini membuang waktumu. Sampai bertemu 2 tahun lagi Sehun-ssi” -Xi Lu Han- 

*~~~~*~ 
jam 15.00 aku berlari kecil menuju taman itu. Sungguh aku sudah tidak sabar bertemu dengannya lagi. Aku sangat merindukannya. Tentu saja Sehun! Namja yang sudah merebut hatiku. 

Langkahku terhenti ditaman itu, aku melihat mawar merah yang sudah layu, kering, membusuk(?) dan surat itu. Surat itu masih berada diposisi yang sama persis saat aku meletakkannya 2 tahun lalu. 
Pikiranku berkecamuk… 

2 tahun apakah dia tak kemari? 

Apa yang terjadi? 

Eh? Bukankah aku tahu dimana rumahnya? Aku pernah membuntuti Sehun saat pulang menuju rumahnya. Haha aku bodoh! 

Kulangkahkan kakiku cepat, tanganku memegang erat sepucuk surat yang seharusnya sudah ada ditangan Sehun. 

Aku berdiri di depan rumah Sehun. 
Tok! 
Tok! 
Tok! 
Tak lama kemudian keluar wanita paru baya dengan tatapan sayu yang menatapku penuh tanya. 

“annyeong, apakah benar ini rumah Sehun?” tanyaku memulai pembicaraan. 

“ya benar ini rumah Sehun. Saya ibunya Sehun” jawab wanita paru baya itu, masih dengan tatapan tanda tanya. 

“perkenalkan aku Luhan” ucapku sumringah sambil membungkukan badan 90 derajat. 

“oh ini namanya Luhan” ucap eomma Sehun sumringah. 

“nde?” aku sedikit bingung menatap eomma Sehun yang sepertinya sudah mengenalku. Aku tidak ambil pusing aku segera dipersilahkan masuk oleh eomma Sehun. 

“khamshamnida.. Sehun sekarang dimana?” ucapku yang masih tersenyum sumringah ke arah eomma Sehun. 

“Sehun? Ahh ne sebentar” aku melihat punggung eomma Sehun mendekat ke laci dekat ruang tamu, seperti mengambil sesuatu dari dalam sana. 

“Luhan.. Bukalah ini” eomma Sehun memberiku sebuah amplop, kelihatan tebal. 
Segera kubuka amplop itu. 
Mataku membulat sempurna ketika aku melihat foto-foto ku, dan baju yang ku pakai. Saat aku mengikuti Sehun. Omo~ kenapa Sehun bisa tahu? 

Segera ku ambil selembar kertas dari dalam amplop sana. 

“Annyeong, Luhan-ssi. Kau sudah pasti tau aku, namaku Oh Se Hun. Umurku lebih mudah darimu 4 tahun. Hehe, aku lihat kau sering memperhatikanku akhir-akhir ini di tempat biasa aku bersantai. Luhan-ssi tau bahwa aku juga menyukai Luhan-ssi? Hehe maaf aku takut jika harus menyapamu secara langsung. Hmm.. Saat kau membaca surat ini, berarti aku tidak ada didunia ini lagi. Luhan-ssi maafkan aku tidak bisa menemanimu duduk ditaman itu lagi. Maafkan aku yang takut menyapamu.” -Oh Se Hun- 

surat apa ini…. 
Aku menatap surat ini penuh tanda tanya, dan sepertinya eomma tau maksudku. 

“Sehun sudah meninggal 2 tahun lalu pada tanggal 12 April karena kanker usus stadium 4” ucap eomma Sehun yang kini menatapku nanar. 

APA YANG DIKATAKAN? MENINGGAL? 

Tubuhku melemas seketika. Surat yang berada di gengamanku lolos seketika. Air mataku berhasil meluncur bebas dari mataku. Hatiku? Sudah tentu saja HANCUR! SEHANCUR-HANCURNYA! 
12 April, itu tanggal aku meletakkan bunga mawar dan surat yang sedari tadi masih ku bawa. 

“sebelum dia meninggal, dia menitipkan itu untuk diberikan kepada orang yang bernama Luhan” ucap eomma Sehun yang sedari tadi mengusap punggungku. 
Aku tidak bisa mengungkapkan tentang hal itu lagi. Dan hatiku benar benar hancur 3 

*~~~*~* 

aku membawa karangan bunga, melangkah, dan berlutut didepan gundukan tanah yang ada didepanku. Tak pedulu matahari terik. 
Mataku sembab meletakkan karangan bunga diatas nisan yang bertuliskan nama “Oh Se Hun” 

“YAAA! OH SEHUN KENAPA KAU TIDAK BISA SEBENTAR SAJA MENUNGGUKU?” teriakanku membuat semua orang yang ada di sekitar pemakaman itu menoleh. 

END